Membahas Berita


Wah….siang ini yang seharusnya cerah dan panas…ternyata menjadi cuaca yang sejuk tapi terlalu sejuk….air hujan turun deras…petir membelah awan kelabu….angis meniupkan hembusan yang cukup kencang.

Hmmm…cukup nyaman juga rasanya menulis di teras rumah pada saat cuaca seperti ini…

tinggal menunggu secangkir kopi hangatku jadi.uhmm….

Mengingat berita beberapa hari belakangan ini, tema yang masih selalu hangat diperbincangkan adalah masalah politik dan cuaca yg menunjukkan bahwa petir telah memakan korban. wah…saya sedih sebenernya dengar berita itu. Tapi buat saya…itu mungkin memang cobaan yang diberikan Tuhan.  Sedangkan berita politik….ahhh…itu biasa lahh…. Mendekati pesta demokrasi di negara manapun, politik pasti menjadi bahan utama di berbagai media cetak maupun media elektronik.

Tapi….ada satu berita yang membuat saya merasa sedih. Yah…mulai dari beberapa hari lalu, saya mendengar berita mengenai salah satu Sekolah Dasar negeri Kalau saya tidak salah ingat lokasinya di daerah Malang.  Saya sedih sekali melihat berita siang ini di liputan6 yang di tayangkan di televisi channel SCTV. Siaran itu sangat menggambarkan kesedihan para siswa-siswi dan juga para guru. Terlihat kesedihan mereka yang amat mendalam. Bagaimana tidak, para siswa-siswi harus belajar dilantai. Padahal satu minggu lagi para siswa harus mengikuti Try Out UAN.

Tapi…berhubung pemerintah daerah Malang belum melunasi tunggakan perabot kebutuhan kelas (banku dan meja) selama tiga tahun. Yah…TIGA TAHUN saudara-saudara dan teman-temanku sebangsa dan setanah air.

Ohh…miris sekali rasanya. tiga tahun tunggakan itu belum terlunasi. Sedangkan ketika para wali murid berinisiatif menyumbang Rp 50,000,- per siswa, coba tebak apa yang terjadi??? Pemborong/pengrajin tersebut menolak. Karena takut ada kesalahan prosedur. Kenapa sih intinya harus kembali lagi ke prosedur???

KENAPA??? Apa tidak kasihan melihat adik-adik kita belajar dengan tidak layak seperti itu? Padahal mereka tidak bersalah apa-apa kan? Bukannya para wali murid mau berniat membantu??? Lalu kenapa harus ditolak dan bangku serta meja harus terpaksa diambil/ disita???

Ahhh…rupanya susah sekali hidup di era seperti sekarang ini. Dimana ketika banyak manusia yang aneh. Bayangkan saja…hanya karena takut salah prosedur, bangku itu tetap disita walaupun ada dana yang mau diberikan.

Sampai-sampai para siswa dan guru mereka pun mengadakan sholat istighosah.

Coba bayangkan…mereka mempertahankan bangku dan meja sekolah mereka yang untuk belajar itu sampai harus dengan cara sholat istighosah!!!

APA SIH YANG ORANG-ORANG PIKIRKAN?

Tidak bisakah adik-adik kami di Malang belajar dengan tenang? Ahh..saya memang cuma bisa mengkritik orang lain. Salah lagi saya. 😦

Tapi…saya memang termasuk orang yang sangat perduli sekali dengan pendidikan terutama di negara ini. Memang saya tidak dapat berbuat banyak. Tapi, saya hanya bisa membantu sesuai dengan kemampuan saya. Seandainya saya mampu membantu, pasti saya akan membantu.

Buat saya pendidikan itu penting. Apalagi untuk anak-anak. Karena merekalah calon-calon penerus bangsa ini. Yah..kalimat itu memang selalu terdengar klise. Tapi coba pikirkan baik-baik. Kalau pemerintah yang berpolitik itu sering mengangkat permasalahan ekonomi, sembako dan kesejahteraan rakyat….lantas kapankah pendidikan di negara ini mendapat perhatian khusus. Memang permasalahan ekonomi, sembako dan kesejahteraan rakyat itu merupakan permasalahan yang penting. Tapi…coba diingat lagi….mereka hanya “orang lama” yang sudah tumbuh sejak dahulu. Alangkah baiknya jika manusia-manusia yang “baru tumbuh” ini juga bisa memperoleh perhatian untuk masa depannya kelak. Agar beberapa tahun kedepan, segala sesuatu yang berhubungan dengan ekonomi, sembako dan kesejahteraan rakyat itu membaik. Buat saya, memupuk lebih awal jauh lebih baik. Memperbaiki dan memberi “Nutrisi” pada sesuatu yang baru, jauh lebih baik ketimbang merombak paksa apa yang sudah ada.

Ahhh…lagi-lagi……saya hanya bisa menulis dan mencurahkan segala pemikiran saya….

Lantas…apa lagi yang harus saya lakukan???

Antara hari sabtu atau Minggu yang lalu, saya secara tidak sengaja melihat berita investigasi di Trans7 mengenai salah satu rumah tahanan di Indonesia. Dan siaran investigasi tersebut sudah bikin saya merasa heran dan sangat terkejut sekali. Saya sih hanya ingin mengungkapkan pendapat saya saja melalui blog ini. Dengan gaya bicara saya saat ini, Mohon dimaklumi kalau menyinggung siapapun Anda yang membacanya.

Kembali ke topik pembahasan kali ini, mengenai salah stu rumah tahanan di Indonesia (Yang saya hampir yakini bahwa itu adalah Rutan Cipinang). Di acara investigasi tersebut, telah disiarkan berita bahwa di dalam Rutan tersebut terdapat pungutan liar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Yang menurut saya hal tersebut sangat membuat saya merasa “miris” melihat berita itu. Betapa tidak??? Kalau disiarkan bahwa setiap masing-masing pengunjung harus melalui beberapa “pos” (kalau tidak salah 3-5 pos), yang masing-masing posnya memiliki “tarif” masing-masing. Tidak hanya itu saja, ternyata si napi yang dikunjungi pun harus memberikan sejumlah rupiah sebagai tarif untuk bertemu dengan keluarga, teman, atau siapapun yang datang mengunjunginya.

Saya sangat kaget ketika mendengar salah satu pengakuan dari mantan napi dan pengunjung napi yang diwawancari oleh wartawan. Mereka mengaku memang harus memberikan sejumlah rupiah pada pos-pos tertentu.  Dan herannya lagi, ternyata para napi dapat menikmati fasilitas-fasilitas yang seharusnya tidak bisa mereka dapatkan dalam balik tirai jeruji besi. Fasilitas seperti telepon seluler, kompor, televisi, dan mungkin masih ad lagi lainnya. Kamar mereka pun dikelompokkan berdasarkan kelasnya masing-masing. Bisa dikatakan kelas VIP atau kelas biasa. Saya baru mengetahui itu semua dari berita yang disiarkan Trans TV tersebut.  Dan masing-masing fasilitas EXTRA tersebut, lagi-lagi bisa mereka dapatkan dengan membayar sejumlah rupiah (yang nominalnya tidak cukup kecil) kepada para petugas.

Kalau saya bayangkan, entah kenapa, rasa-rasanya sangat menyedihkan melihat berita tersebut.  Saya sempat berpikir, sebenarnya kenapa hal tersebut bisa terjadi? Apa mungkin karena pendapatan para penjaga disana tidak mencukupi? Atau memang belum ada peraturan yang baku mengenai tata cara berkunjung ataupun belum ketatnya razia barang-barang yang seharusnya tidak boleh dibawa napi kedalam sel penjara.

Aahhh…..susah memang. Entah mengapa dari dulu sampai saat ini saya selalu dibuat bingung dengan hukum, aturan, dan regulasi di Indonesia. Saya tidak tahu siapa yang salah. Saya juga tidak terlalu mengetahui hukum. Lantas bagaimana caranya supaya masyarakat luas mengerti mengenai regulasi, aturan dan hukum di Indonesia.

Saya rasa, mungkin memang benar-benar harus dari masing-masing pribadinya yang di benahi. Bisa Anda bayangkan, praktek pungli tersebut sudah ada dari zaman dulu dan itu sudah menyebar dimana-mana. Kalau saya urutkan kejadian yang pernah saya alami, saya pernah membayar pungli untuk orang yang “Berseragam” untuk membuat KTP, SIM, dan PASPOR. Dan Anda semua mungkin mengalami hal yang sama.

Yang sangat lucu, ketika adik saya hendak mengurus KTP, dia harus membayar kepada petugas — yang tepat diatas kepala petugas tersebut terdapat papan bertuliskan “PEMBUATAN KTP TIDAK DIPUNGUT BIAYA”. Dan betapa kesalnya adik saya yang juga ternyata diperlakukan “main-main” oleh petugas. Adik saya harus mondar-mandir berkali-kali. Apakah semua yang berbau regulasi ataupun hukum di Indonesia selalu sama?

Ketika seseorang ingin mengikuti aturan yang benar ataupun sesuai dengan peraturan, sang petugas berseragam pun malah kontra dengan orang tersebut. Lantas, dimanakah letak kesalahannya?

Saya sedih dan malu…. setiap saya mengalami hal yang serupa. segala sesuatu yang berbau dengan regulasi dan hukum pemerintahan di Indonesia. Terkadang ingin rasanya merasakan hal yang tepat pada saat dan tempat yang tepat. Sebetulnya jika kita ingin mudah dalam melakukan sesuatu yang ada regulasi atau aturannya, yah gampang saja….ikuti saja bagaimana aturan mainnya. Sebetulnya tidak sulit jika memang benar-benar dijalankan.

Tapi…bagaimana caranya menghilangkan rasa muak saya terhadap itu semua? Ahh….berbagai pengalaman saya yang berhubungan dengan regulasi dan aturan, mendadak teringat kembali. Yah….”mereka” selalu sama. Ketika ditilang pun demikian.

Uhm….. Kapan yah “mereka yang berseragam” bisa berkompromi dengan rakyat. Berkompromi dalam makna yang sesungguhnya. Akankah saat itu tiba saat aku masih bernafas di Indonesia?

Ya Allah…teriring doa untuk kami semua. Untuk bangsa tempat dimana saya dilahirkan dan dibesarkan. Cerdaskan kami Ya Allah…. Saya tidak mampu berbuat banyak. Saya hanya mampu mengungkapkan perasaan saya saat ini saja.

Semoga yang membaca dapat mengerti maksud tulisan saya. Kalau ada yang mau berkomentar silahkan. Atau yang mau berbagi pengalaman silahkan juga.